Abstrak
Diskusi akan kebebasan manusia di akhir abad-20 telah mengalami penyempitan menjadi sebuah pertengkaran mengenai kebebasan kehendak, khusunya antara para penganut Libertarianisme melawan para pengikut Determinisme. Ujung perdebatannya adalah pada otonomi atau heteronomi manusia terhadap kedaulatan Tuhan. Mereka yang ingin menekankan otonomi manusia berusaha untuk menghilangkan segala batasan-batasan yang menghalangi kebebasan manusia. Namun setelah segala batasan-batasan tersebut ditiadakan, muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai kuasa-kuasa internal dan ekstern yang mengondisikan hasrat dan keputusan-keputusan manusia. Menurut penulis, para teolog yang membahas permasalahan kebebasan manusia dengan pendekatan “bebas dari” (kebebasan negatif) tidak akan dapat menyentuh esensi kebebasan manusia. Gerrit Cornelis Berkouwer memberikan pembahasan mengenai kebebasan manusia bukan dengan pendekatan “bebas dari” yang pada akhirnya terjatuh menjadi humanisme sekuleristis, tapi melihat arti kebebasan secara alkitabiah, yaitu apa yang dipercayanya sebagai kebebasan yang sejati. Kebebasan ini tidak bergantung pada batasan-batasan baik eksternal maupun internal melainkan merupakan kebebasan eskatologis dimana pada akhirnya kebebasan manusia akan dialami di dalam ketaatan penuh pada Kristus.
KATA KUNCI: kebebasan; kehendak bebas; otonomi; heteronomi; otoritas