Arsip
-
Isu-isu Terkini dalam Teologi Reformed Injili
Vol 11 No 2 (2024)Teologi Reformed dengan tepat diambil tidak hanya dari pernyataan-pernyataan Alkitab tetapi juga “apa yang benar-benar dapat dibuktikan” dari pernyataan-pernyataan tersebut. Namun, bagaimana status bukti (atau konsekuensi logis) dari Kitab Suci? Lalu, berapa banyak “konsekuensi” yang dapat kita ambil di luar Kitab Suci sebelum menjadi spekulatif dan tidak lagi “baik” atau “perlu”? Teologi Reformed Injili perlu mengeksplorasi pemahaman dan formulasi yang lebih jelas tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan “konsekuensi yang baik dan perlu” dari Kitab Suci.
-
Salib dan Imam Besar
Vol 11 No 1 (2024)Seorang hamba mengikuti tuannya. Malkhus, yang terputus telinganya, mengikuti imam besar lama yang buta dan tuli. Ular yang sering menjadi gambaran setan adalah hewan yang tidak memiliki telinga. Demikianlah keturunan ular mengikuti bapanya. Ketika pada hari kebangkitan Tuhan Yesus, imam-imam kepala ini menyuap serdadu-serdadu untuk berbohong akan peristiwa kebangkitan tersebut. Mereka yang fasih akan Taurat justru melanggar Taurat yang dengan jelas mengatakan bahwa suap membuat buta mata orang yang melihat atau yang bijaksana. Salah satu karakteristik kita yang melayani imam besar yang benar adalah pemakaian telinga kita. Kristus mengatakan berbahagialah telinga yang mendengar.
-
Apa itu Teologi yang Baik?
Vol 10 No 2 (2023)Michael Welker memaparkan sembilan tingkatan yang mengonstitusikan normativitas dan bobot teologis sehingga teologi dapat disebut sebagai teologi. Terinspirasi darinya, penulis ingin berbagi tentang apa yang menjadikan suatu teologi itu merupakan sebuah teologi yang baik. Penulis memaparkan tujuh aspek yang dapat menjadi pertimbangan untuk mengembangkan sebuah teologi yang bermanfaat.
-
Gambar Allah: Antara Kami dan Mereka
Vol 10 No 1 (2023)Pengakuan seorang Kristen bahwa citra Allah juga terdapat pada sesamanya merupakan keramahtamahan kristiani yang bersifat politis. Oleh karena bersifat politis, keramahtamahan kristiani bukanlah mengusung mentalitas kami dan mereka yang mana kami diidentikkan sebagai korban dan mereka dilabeli penindas. Mentalitas ini diidentifikasi oleh banyak sarjana sebagai akar permasalahan dalam berbagai patologi sosial seperti penjajahan, perang, hingga politik identitas yang diamplifikasi oleh para demagog dan pendengung (buzzer) politik. Di sini, duduk persoalan kita mungkin bukan terletak pada kemampuan dalam membedakan kami dan mereka karena mentalitas ini memang inheren. Namun, kita—sebagai citra Allah—mungkin, pertama-tama dan terutama, telah gagal mencinta.
-
Persepsi Sejarah dan Teologi Historika
Vol 9 No 2 (2022)Dipandang dari sisi teologi historika, persepsi sejarah merupakan contoh pentingnya kita mempelajari sejarah. Narasi yang beredar luas dan dipercaya banyak orang belum tentu memiliki fakta-fakta historis. Penelitian untuk menemukan dan memeriksa dengan saksama fakta-fakta sejarah dapat membuat seseorang merevisi persepsi sejarah yang dianut sebelumnya. Dalam bidang teologi, riset di bidang teologi historika tidak kalah penting dibandingkan dengan cabang-cabang teologi lain seperti teologi biblika, sistematika, dan praktika. Dari penelitian mengenai konsep-konsep, peristiwa-peristiwa, dan tokoh-tokoh di dalam sejarah gereja, orang Kristen dan gereja di masa sekarang dapat memahami berbagai penyebab dari beragam kekeliruan yang sudah pernah terjadi di masa lalu sehingga bisa terhindari dari melakukan kesalahan serupa. Di samping itu, kita pun dapat berikhtiar mengembangkan ajaran dan praktik kekristenan yang setia kepada Alkitab untuk menjawab tantangan zaman. Artikel-artikel pada edisi kali ini, walaupun tidak semuanya termasuk dalam kategori bidang teologi historika, merupakan contoh usaha mendalami teologi beserta metode berteologi dengan menggunakan pendekatan teologi historika.
-
Tentang Volume Ini
Vol 9 No 1 (2022)Tugas teologi adalah melayani pertanggungjawaban iman dalam diskursus yang menempatkannya dalam kaitan aplikatif dengan mandat budaya, perkembangan politik-masyarakat, dan dialog oikumenis yang sehat dan bermanfaat
-
Allah yang Tak Terselami
Vol 8 No 2 (2021)Pengenalan akan Allah memengaruhi seseorang hidup di dalam penyembahannya. Israel yang menyembah anak lembu emas, sebelumnya hidup di dalam kemegahan yang fana dengan memakai perhiasan-perhiasan (Kel. 33:6). Bagaimana seharusnya kita hidup merefleksikan pengenalan akan Allah yang melewatkan kegemilangan-Nya kepada Musa? Disinilah kita mengerti apa artinya kebaikan TUHAN. Kebaikan yang bukan bersifat menetap melainkan yang lewat/transient/ passing. Kemuliaan TUHAN yang adalah kebaikan harus bersifat transient di dunia yang fana ini, jika tidak kemuliaan tersebut akan menghanguskan seluruh ciptaan ini. Demikianlah kebaikan yang orang Kristen hidupi di dunia ini. Impresi pada orang yang menerima kebaikan pun harus bersifat transient. Di dalam melakukan kebaikan yang transient inilah, kita mengikuti jejak kebaikan Tuhan yang telah dinyatakan kepada kita. Semoga di tengah pandemi yang kita harapkan berlalu, nafas kehidupan kita yang transient boleh menjadi passing goodness bagi orang lain. Kehidupan Yesus di dunia ini begitu cepat berlalu, hanya tiga puluh tiga dan setengah tahun dilaluinya. Namun Yesus meninggalkan kalimat terakhir yang menguatkan para murid dan kita di percakapan terakhir-Nya: Ego Vici Mundum/ Aku telah mengalahkan dunia (Yoh 16:33).
-
Sunat dan Penamaan Yesus di Hari Kedelapan
Vol 8 No 1 (2021)Maka sesungguhnya manusia belum memiliki identitas di hadapan Tuhan sampai ia diberikan nama. Maka penyunatan dan penamaan memiliki sifat nubuatan yang baru digenapi oleh Yesus yang menjadi identitas sejati akan siapakah manusia, setelah penantian panjang akan keturunan
perempuan, keturunan Abraham, dan keturunan Daud. Hanya mereka yang di dalam Kristus-lah yang akan memiliki identitas sejati, nama baru yang Tuhan berikan (Why. 3:17). Nama kita masing-masing belum final sampai kita disempurnakan seperti Kristus. -
Besar Setia-Mu
Vol 7 No 2 (2020)Kebaikan Tuhan yang kita terima setiap hari sudah sepatutnya membawa kita kepada kehidupan bersyukur, termasuk di pada masa pandemi. Saat begitu sulit menimpa seluruh penduduk dunia, kebaikan tetap kita terima karena berasal dari tangan Allah yang memelihara. Pujian Yeremia di tengah-tengah ratapan menjadi satu pujian yang demikian meninggikan Tuhan. Tuhan bukan hanya bertakhta di Israel. Tuhan yang sejati juga bertakhta bersama umatNya yang terbuang. Suatu pujian memiliki karakter kekekalan yang melintasi zaman ke zaman. Pujian yang muncul puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun yang lampau memiliki keberlangsungan yang everlasting ketika dinyanyikan dari zaman ke zaman. Allah yang ditinggikan diatas pujian menyatakan suatu fakta bahwa dia adalah Allah yang bertakhta secara kekal dari zaman ke zaman untuk selamanya.